RSS

A Minzy’s Birthday fic :D

Foreword: first posted-fic saya loh .__. maaf kalo jelek, hehe. Fic ini dibuat dalam waktu super kilat, made specially for Minzy-eonni :D


Today’s Minzy’s Day!

Nan bappa
Neomu bappa

Minzy terbangun dari tidurnya. Dia segera meraih ponselnya yang berbunyi.

Ada pesan dari Dara-eonni. Minzy pun segera membuka dan membacanya.

From: Santtoki-eonni
Maknae, hari ini ada jadwal klub. Pukul 08.00 di aula. JANGAN TERLAMBAT.

Usai membaca pesan tersebut, Minzy segera melirik jam dinding yang tergantung di dekatnya. Pukul 12.30. Seketika raut wajahnya berubah.

Gawat, bisa mati dibunuh Dara-eonni, nih! pikirnya. Tanpa mandi, Minzy segera keluar kamar dan berlari menuju sekolah.

Persetan dengan bau badan dan mulut, nyawaku lebih penting dari apapun!

**

Duk. Duk.

Jiyong, alias G-Dragon, alias GD, alias Kwon Leader, men-dribble bola basket beraturan. Pikirannya kosong, sama seperti yang lain. Kecuali Sandara.

“Mana bocah sialan itu?? Sudah jam berapa sekarang?? Sudah berapa lama kita menunda acara kita demi maknae tak becus itu??” tanyanya gusar sambil berjalan bolak-balik seperti mesin setrika.

“Santtoki, bisakah kau duduk diam dan berhenti bicara? Berisik,” ujar Seunghyun dengan nada datar. Sejujurnya dia juga sudah bosan menunggu kedatangan sang maknae.

“Ya, hyung. Kita bisa mulai acaranya daritadi tanpa Minzy,” timpal Seungri. Semua mata tertuju padanya(?)
Death glares menghujani Seungri. Dia bergidik.

“Kau ini bodoh, hah? Jelas-jelas Minzy adalah yang paling penting dari acara ini. Kau lupa?” kata Taeyang sambil menitak kepala Seungri.

“Aaw.”

Lalu suasana hening lagi. Sekarang dumelan(?) Sandara tidak terdengar lagi. Jiyong pun sudah tidak memainkan bola basketnya lagi.

Tik.

Tik.

Tik.

Kemudian terdengar suara pintu terbuka. Semua menoleh.

“YEOROBEUN, JEONGMAL MIANHAMNIDA…”

Minzy jatuh terduduk. Napasnya kacau dan sekujur tubuhnya berkeringat.

Daesung yang panik segera menghampiri Minzy.

“Kau tak apa?” tanyanya.

Sebelum Minzy menjawab, Sandara dan yang lain juga ikutan menghampirinya.

“Babo-maknae! Ke mana saja kau jam segini baru dating??” omel Sandara. Yang lain hanya menatap Minzy kesal.

“Ya! Kalian tak perlu marah-marah seperti itu! Lihat Minzy sekarang, dia capek! Biarkan dia istirahat sebentar dan menjelaskan alasan mengapa dia terlambat,” bela Daesung.

“Ahem. Another scandal,” celetuk Seungri. Taeyang menjitak kepalanya lagi.

“Apa yang perlu dijelaskan?? Kita selesai. Apa yang ditunggu lagi?? Sudah terlalu terlambat!” jerit Sandara frustrasi. Bom mengelus pundak sahabatnya itu, bermaksud menenangkannya.

“Dara, kau tak berhak memutuskan apakah acara kita sudah selesai atau belum. Kau bukan ketu di sini,” ucap Chaerin.

“CL betul. Dara, sebaiknya kau duduk dan tenangkan dirimu. Sana,” ujar Jiyong bijaksana. Maka Sandara dan Bom segera berjalan ke pojokan lalu duduk di sana.

“Semuanya… maaf atas keterlambatanku… aku memang ceroboh…” ucap Minzy terbata-bata.

“It’s not okay. Sebetulnya apa yang dikatakan Dara tadi ada betulnya juga…” kata Jiyong sambil melipat tangannya.

Semua diam.

“Kau lebih baik pulang. Sekarang sudah siang. Kalian tentu punya jadwal masing-masing kan? Nah, silakan,” sambung Jiyong.

“Tapi hari ini jadwalku free,” ucap Minzy cepat.

“Hanya kau kan? Yang lain bagaimana? Kalau kita latihan tapi yang lainnya tidak ikut, bagaimana? Kau tentu tahu maksudku,” sahut jiyong.

“Jadwalku juga free, Ji,” ucap Daesung.

“Sudah lah. Tak ada gunanya…”

**

Kacau.
Semuanya kacau karena aku.
Karena kesalahanku yang begitu sepele, sekarang semua jadi berantakan.
God, aku harus apa? Aku bisa apa?

Minzy menelusuri jalan di pinggir sungai Han dengan langkah gontai. Dia memperhatikan sekelilingnya. Banyak anak kecil yang sedang berlarian dengan ceria, banyak pasangan kekasih yang sedang berbahagia. Minzy merasa hanya dirinyalah satu-satunya orang yang berwajah murung di pinggir sungai ini.

Sambil berjalan, Minzy mendengarkan musik melalui iPod-nya.

Don't worry about me and go away
I'll disappear, no strings attached
You thought I'd hang onto you
It's disgusting, don't misunderstand

Lagu yang sedang didengarnya sekarang adalah lagu yang dinyanyikannya bersama Chaerin dan Bom ketika Sandara diputuskan pacarnya yang brengsek. Mengingat hal itu, rasanya Minzy ingin menangis.

Persahabatan mereka sebenarnya sudah berlangsung lama dan terkadang sering terjadi ketidakcocokan pendapat. Akan tetapi, hal ini dapat mereka atasi bersama. Namun Minzy menjadi ragu sekarang, apakah dia dan ketiga sahabatnya bisa bersama lagi. Sudah terlalu banyak masalah yang disebabkan olehnya. Ia tidak tahu apakah mereka akan memaafkannya dan bersahabat seperti dulu lagi atau malah sebaliknya.

Minzy melirik jam tangannya. Sudah hampir pukul 19.00 dan Minzy merasa tidak sadar bahwa dia sudah berjalan begitu jauh. Kini dia berada di taman dekat rumah Daesung. Melihat ada bangku yang kosong, Minzy segera duduk di atasnya.

Minzy merasa sangat lelah. Ketika baru bangun tadi, dia berlari dari rumahnya ke sekolah. Jarak keduanya lumayan jauh, sekitar 2 km. Dan barusan, tanpa sadar dia sudah menempuh jalan yang cukup jauh juga.

Minzy lalu memejamkan matanya, berharap ketika dia bangun nanti ini hanyalah sebuah mimpi buruk. Namun kenyataannya tidak begitu. Minzy merasakan seusatu menepuk-nepuk pipinya.

“Siapa ka—“

“Maaf telah membangunkanmu.”

Ternyata Daesung.

“Aku baru saja pulang dari minimarket. Lalu aku melihatmu tidur di sini. Jadi kuputuskan untuk menghampirimu. Maaf kalau aku mengganggu…”

“Tidak apa,” sahut Minzy. Dia masih lelah.

“Kau haus? Aku punya minuman,” tanpa menunggu Minzy mengangggukkan kepalanya, Daesung segera mencari minuman soda kaleng yang ada di tas kreseknya.

“Ini. Minumlah.”

Tak perlu disuruh dua kali, Minzy segera menengguk minuman itu sampai habis. Akibatnya, beberapa detik kemudian Minzy bersendawa dengan suara sangat kencang. Mungkin karena suasana di taman itu sedang sepi.

Daesung tertawa terbahak. Wajah Minzy pun memerah. Beruntung saat ini sudah malam, jadi ronanya tidak terlalu terlihat.

“Ya~ jangan tertawa. Aku memang sedang haus,” ucap Minzy sambil menyikut tubuh Daesung.

“Ara, ara. Maafkan aku, maknae. Suara sendawamu itu lucu sekali sih… HAHAHAHAHAHA~~”

Wajah Minzy memerah lagi. Barusan apa yang dibilang Daesung? Lucu? Sendawanya lucu?

Daesung berhenti tertawa.

“Mianhae, maknae,” kata Daesung pelan. Minzy mengangguk.

“Oya, aku ada kejutan,” kata Daesung lagi. Mata Minzy membelalak.

“You got curious, eh? Now close your eyes…”
Minzy pun menutup matanya perlahan. Sementara itu Daesung kembali mencari sesuatu di dalam tas kreseknya.

“Now you can open it…”

Mata Minzy membelalak lagi—kali ini dua kali lebih besar dari yang tadi.

“Boneka kelinci?? Aaaaaaaaahhhhhhh come to mama, baby!” jerit Minzy senang.

Daesung pun ikut senang. Dia segera menyerahkan boneka kelinci itu pada Minzy.

“Kamsahamnida, oppa. Aku suka sekali! Sekali lagi, kamsahamnida…”

Cup!

Minzy mencium pipi Daesung.

Daesung kaget. Seluruh wajahnya merah.
Pernahkah kau melihat Daesung dengan mata besar?
Inilah saatnya.

Minzy hanya tersenyum malu-malu. Daesung pun mulai sadar dari kekagetannya.

Tiba-tiba lampu taman yang semula padam menjadi menyala. Minzy dan Daesung melihat sekelilingnya kagum.

Tanpa mereka sadari, ada tujuh orang yang cekikikan melihat mereka.

“Oppa… tidak kah kau merasa bahwa ini sangat romantis? Kau yang menyiapkannya untukku oppa?” tanya Minzy masih terkagum-kagum. Daesung terlihat agak bingung sekarang.

“Aku merasa begitu. Sebetulnya aku—“

“KEJUTAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAANNNN!!!” teriak tujuh orang tersebut. Mereka adalah Sandara, Bom, Chaerin, Jiyong, Seungri, Taeyang, dan Seunghyun.

“SAENGIL CUKKAHAMNIDA SARANGHANEUN URI MAKNAE!!!” teriak mereka lagi. Minzy yang merasa sangat terharu tanpa sadar menitikkan air mata. She’s so speechless.

“Maaf, maknae. Sebetulnya hari ini tidak ada jadwal… kami semua hanya bohong, hehe. Kau jangan marah sama kami ya?” ujar Bom.

“Dan Sandara Park si emosian ini, sebenarnya tidak sungguh-sungguh marah padamu, Minzy. She was just acting. Katanya untuk memperdalam skill,” timpal Jiyong.

“Betul. Happy birthday, Minzy-ya!”

Maka semuanya pun bergantian memeluk Minzy.

Namun ketika giliran Daesung untuk memeluknya, semua bertanya, “Tak usah cari-cari kesempatan!”

Daesung bergidik. Tapi lagi-lagi mereka hanya bercanda.


Yup. It ends weirdly.
Aneh? Banget.
Abal? Banget juga.
Abisnya saya gak ada ide tapi maksa mau bikin fic -____- hehe.
No edit, no re-read. Maklumin aja kalo fic ini ancur banget.
Btw ada yang paham sama Daesung di sini?
Dia-suka-Minzy! :3

Makasih buat yang udah baca =D *emangnyaadayangbacablogsaya?-_-*

Sampai jumpa~~~~
xoxo

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar